Rabu, 26 Oktober 2016

KESEDIHAN MENURUT AL-QURAN DAN HADIS
Ustad Zarmon Abizar Al Basyir,.MA
Sahabatku kesedihanpun ada yang terpuji, yaitu kesedihan yang telah terjadi yang disebabkan oleh ketidak mampuan menjalankan suatu ketaatan atau dikarenakan tersungkur dalam jurang kemaksiatan. Dan kesedihan seorang hamba yang disebabkan oleh kesadaran bahwa kedekatan dan ketaatan dirinya kepada Allah sangat kurang. Maka, hal itu menandakan bahwa hatinya hidup dan terbuka untuk menerima hidayah dan cahaya-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS. An-Najm: 43).
Ikrimah Rahimahullah berkata, “Tidak seorangpun, kecuali mangalami senang dan sedih. Akan tetapi, buatlah kesenangan menjadi syukur dan kesedihan menjadi sabar.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam senantiasa memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari kesedihan. Do’a beliau adalah, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, sifat kikir dan pengecut, lilitan hutang, dan dikuasai orang lain.” (HR. al-Bukhari no. 2736).
Allah Ta’ala melarang Nabi-Nya untuk menyerah kepada kesedihan sebagaimana tercantum di beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya, “Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir.” (QS. Ali Imran: 176)
dan juga firman Allah, “Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yunus: 65).
Allah Ta’ala juga melarang kaum mukminin bersedih hati, sebagaimana firman-Nya, “Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139).
Sebagai manusia pada moment moment tertentu kesedihan memang tidak dapat kita hindari dan seseorang terpaksa harus bersedih karena suatu kenyataan. Oleh karena itu, ketika seorang hamba ditimpa kesedihan hendaknya ia senantiasa melawannya dengan doa-doa dan sarana-sarana lain yang memungkinkan untuk mengusirnya.
“Jika Anda harus mengingat masa lalu, maka ingatlah masa lalumu yang indah agar Anda gembira. Jika Anda mengingat hari ini, maka ingatlah apa yang telah Anda hasilkan, pasti Anda akan merasa gembira. Dan jika Anda melihat hari esok, maka ingatlah mimpi-mimpi Anda yang indah agar Anda optimis” (Al-Qarni, 2006: 550)
Imam Ibnu Katsir menafsirkan surat At Taghaabun ayat 11
"Barangsiapa yang ditimpa suatu musibah, lalu dia menyedari bahawa musibah tersebut adalah qadha dan qadar Allah, oleh itu dia dapat sabar menghadapinya dan reda menerimanya, niscaya Allah akan memberi hidayah (petunjuk) kepada hatinya dan mengganti apa yang luput itu dengan hidayah kepada hatinya serta keyakinan yang benar. Malahan terkadang gantian dari Allah itu lebih baik daripada apa yang luput. (Tafsir Al Quran Al ‘Azim ).
Allah berfirman dalam surah Fathi Maksudnya: Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Hendaknya kita menyadari bahwa musibah yang menimpa kita bukanlah untuk memusnahkan kita, sesungguhnya kehadiran musibah tersebut hanyalah untuk menguji sampai dimana kesabaran kita, dengan demikian barulah jelas apakah kita layak menjadi WALI ALLAH ataupun tidak”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar